Senin, 09 Juli 2012

Makanan Yang Halal, Haram Dan Syubhat

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ، زَمَانٌ، لَا يُبَالِي الْمَرْءُ، مَا أَخَذَ مِنْهُ، أَمِنَ الْحَلَالِ، أَمْ مِنْ الْحَرَامِ

( صحيح البخاري )

Sabda Rasulullah saw :
“Akan datang suatu masa dimana orang-orang tak perduli darimana nafkah yang diambilnya, apakah dari hal yang halal atau dari yang haram” (Shahih Bukhari).
Saya yakin sobat semua sudah tau mana makanan yang halal maupun yang haram. Banyak makanan syubhat yang kita tidak sadari.  Sebelumnya mari kita berkenalan dulu dengan yang namanya syubhat ” Syubhat adalah suatu perkara yang samar-samar di antara yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah SWT “. sudah kenal? mari kita lanjut.
Akhir-akhir ini sering kita dengar dan lihat di pemberitaan, banyak daging sapi glondongan, ayam tiren yang dijual dengan bebas, mungkin tanpa kita sadari daging yang kita beli ini ternyata daging yang saya sebut diatas.  Inilah yang dinamakan syubhat. Ada lagi contohnya, seperti kejadian heboh beberapa tahun lalu tentang bakso yang dicampur dengan daging tikus. kalau kita tidak tau jadi syubhat namanya.
Implikasi dari memakan makanan yang haram atau syubhat sangat signifikan bagi seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia akan berdampak pada perilaku, akhlak, psikologi, emosi, kesehatan, dan keturunan kita. Sedangkan di akhirat ada dua kemungkinan: masuk surga dengan menikmati segala kenikmatannya, atau neraka dengan menanggung segala siksanya.
Sebagai contoh nyata dari pengalaman Habib Munzir, yang ia ceritakan di situs majelisrasulullah.org, berikut kutipannya.
Saya kumpul empat orang sama saya makan sate kambing, beli, bawa tidak makan di tempat, tidak usah disebut dimana, Cuma hati-hati aja makan sate kambing selesai malamnya subhanallah, seperti hal yang lucu tetapi tidak pernah terjadi dalam kehidupan, terus mimpi di kejar-kejar tikus ini saya tidur dengan dzikir dengan lain sebagainya, tidak pernah mimpi di kejar-kejar tikus baru seumur hidup ini. tidur begitu lagi bangun wudhu dzikir tidur begitu lagi, inget sesuatu makan apa ya, semalem kayanya sate kambing, ada apa dengan kambingnya? coba besoknya Tanya, yang makan berempat,
“kamu kan makan bareng saya semalam, gimana sate kambing, enak?”
“enak bib tapi saya gak bisa bangun shubuh, baru tumben, biasanya tahunan tidak pernah ketinggalan subuh, kali ini tidak bangun shubuh”
nah 2 orang, jangan-jangan campur tikus nich, perasaan saya begitu, sudah ada 2 orang yang menjadi saksi, belum cukup empat orang yang makan, saya tanya yang ke tiga, saya tidak sebut cerita yang dua tidak di sebut,
“gimana sate kambing semalam, kita beli lagi disitu ya?”
“kayaknya tempat lainnya saja ya Bib…”
“kenapa?”
“tidak apa-apa”
Terus saya cerita, “saya mimpi begini tidak enak, terus teman kita yang satu bertahun-tahun tidak pernah shalat shubuh jadi telat shalat shubuh, kamu rasa apa di kambing itu, ada sesuatu?”
“iya Bib, maaf sebenarnya saya tidak berani ngomong kalau habib tidak bilang begini, semalam saya baru sampai di mulut sudah pengen muntah, saya muntahkan keluar, kok rasanya beda”
Tiga orang, tunggu yang ke empat, yang ke empat datang, “semalam bagaimana sate kambingnya, Enak?”
“enak Bib”
“ga ada mimpi buruk, telat bangun subuh, atau apa?”
“tidak Bib, tapi pas pulang kerumah muntah, masuk angin kali, berarti tidak bener ini”
Lalu saya cerita, baru dia bicara
“iya Bib, kalau begitu benar, waktu saya buka sup yang saya balik saya lihat kok ada kulit tipis berbulu hitam”
Lailahaillallah…
Kulit hitamnya tikus hitam, campur sate kambing ini.
Oleh karena itu hati-hatilah ketika memakan sesuatu, karena itu jalan satu-satunya agar terhindar dari syubhat. karena Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menjaga Sayyidina Ali bin Abi Tholib Ra, ketika makan siang orang-orang Muslim ada yang makan berdua, ada yang makan bertiga, Sayyidina Ali sendiri, orang-orang bilang “kok Sayyidina Ali mengumpati makanannya sendiri, tidak mengajak orang”
“Yaa Sayyidina Ali kau makan sendiri, kau makan apa?”
Ali bin Abi Tholib Ra berkata “aku yakin kalian tidak akan snang dengan makananku ini”
“iya bagi-bagi lah, kok makan sendiri?”
Dia mengeluarkan roti kering yang sudah berhari-hari,
“ini makananku, setiap aku makan hanya ¼ nya saja aku makan sedikit”
“kenapa?? ini banyak makanan yang lain?”
“aku yakin sekali ini yang halal, ini lebih berharga bagiku, makanya aku simpan, aku makan sendiri tidak mau kasih keorang, orang tidak akan mau roti kering yang sudah berhari-hari seperti batu, makannya harus di celupkan di air supaya bisa lembut” demikian al Imam Sayyidiy Ali bin Abi Thalib Ra.
Wallahu a`lam

 

see hello

assalamualaikum warohmatulloh wabarokaatuh,,,,

lama bgd ana gk buka blog ini,,,
afwan,,, baru sempet soalx,,,

mudah2n antum smw sehat


bingung ana mw bahas ap,,,,

ckrg ini bnyak jenis makanan yg trkadang qt masih ragu kehalalan dan keharamannya,,,,
mungkin sdkit bhasan ini bsa sdkit mmbntu qt smw dlm memilih makanan
krn ap yg msuk dlm diri qt mka it jg yg akn mmpengaruhi kseharian qt,,, trmasuk dr segi makanan

mudah2an brmanfaat  ^_^

Sabtu, 14 Januari 2012

Apa Makna Ibadah Sesungguhnya???

Sebagai seorang muslim dan muslimah tentunya kita sudah memahami bila ibadah itu sebuah perintah. Hanya saja, terkadang sebagian kita telah keliru memahami siapa sesungguhnya yang memerintah dirinya untuk beribadah. Ada yang merasa ia diperintah untuk beribadah kepada Alloh oleh orang lain — bisa seorang guru, ustadz, kiai, saudara, teman, atau bahkan orang tua atau suami — sehingga seseorang masih saja enggan beribadah lantaran kekeliruannya memahami dari mana asal perintah ibadah.

Maka sepatutnya diketahui bahwa orang lain siapa pun ia yang menyerukan peribadahan kepada kita hanyalah sebagai penyampai perintah Alloh azza wajalla yang tersebut dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam yang shohih kepada kita semata, sedangkan asal perintah ibadah itu sesungguhnya dari Alloh azza wajalla Dzat yang tidak boleh dimaksiati dengan kemaksiatan apapun. Peran orang lain tersebut telah Alloh sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya):
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Alloh) dengan jelas. (QS. Yasin [36]: 17)
Maka ketahuilah bahwa Alloh subhanahu wata’ala telah memerintah seru sekalian manusia, tentunya termasuk kita semua, untuk beribadah kepada-Nya semata. Dia azza wajalla berfirman (yang artinya):
Hai manusia, ibadahilah Robbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. (QS. al-Baqoroh [2]: 21)
Masih banyak ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam yang berisi perintah Alloh azza wajalla agar manusia beribadah kepada-Nya semata, namun ayat di atas cukup mewakili semuanya, sehingga jelas bagi kita bahwa perintah beribadah itu dari Alloh azza wajalla bukan dari orang lain. Tugas dan kewajiban kita sekadar memahami dengan benar apa hakikat ibadah yang kita diperintah untuk melakukannya, dan bagaimana kita harus melakukannya?

Fadhilah Ibadah
Ibadah adalah sesuatu yang sangat agung dan begitu tinggi manzilah (kedudukan)nya di sisi Alloh azza wajalla.
IBADAH mempunyai keutamaan yang begitu istimewa, di antaranya:
1.   Puncak kecintaan dan keridhoan Alloh subhanahu wata’ala ada pada ibadah. Alloh azza wajalla telah menciptakan jin dan manusia untuk hikmah ibadah kepada-Nya semata. Alloh subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)
Dalam sebuah hadits Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا.

“Sesungguhnya Alloh subhanahu wata’ala ridho terhadap kalian pada tiga hal dan murka kepada kalian pada tiga hal, Dia ridho terhadap kalian dengan kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun…. (HR. Muslim: 3236 – Maktabah Syamilah)

2.   Dengan ibadah, Alloh subhanahu wata’ala telah mengutus seluruh rosul-Nya. Alloh azza wajalla berfirman (yang artinya):

Dan Kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Aku, maka ibadahilah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 25)

3.   Alloh subhanahu wata’ala menjadikan ibadah sesuatu yang lazim (harus) ditunaikan oleh rosul-Nya sampai datang kematiannya dan dengan ibadah itu pula Alloh telah menyifati para malaikat-Nya. Alloh subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk mengibadahi-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS. al-Anbiya’ [21]: 19–20)

4.   Alloh azza wajalla menyifati makhluk-makhluk pilihan-Nya dengan ubudiyyah (penghambaan diri dengan ibadah kepada-Nya, di mana Alloh menyebut mereka dengan sebutan abdun atau ibadun yang berarti hamba yang beribadah kepada-Nya), Alloh menyebut kaum mukminin yang bertaqwa dengan hamba dan mencela mereka yang sombong lagi congkak yaitu yang enggan beribadah kepada-Nya.

Dan hamba-hamba Alloh yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. al-Furqon [25]: 63)

5.   Alloh azza wajalla menyifati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam rosul-Nya yang paling utama dengan sebaik-baik keadaannya, yaitu sebagai seorang hamba bagi-Nya. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

Mahasuci Alloh, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam…. (QS. al-Isro’ [17]: 1)
Bahkan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam pun sangat bangga dengan apa yang Alloh sebutkan buat diri beliau dengan bersabda:

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

“Janganlah kalian berlebihan dalam menyanjungku sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa putra Maryam, aku hanyalah hamba-Nya, sebutlah aku ini hamba Alloh dan rosul-Nya.” (HR. al-Bukhori: 3189 – Maktabah Syamilah)
Bila demikian keutamaan ibadah, dan bila Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai imam para nabi dan rosul, manusia terbaik pilihan Alloh subhanahu wata’ala bangga menghambakan diri kepada Alloh azza wajalla dengan beribadah kepada-Nya, selayaknya manusia seperti kita ini lebih bangga dengan beribadah kepada Alloh semata.
Memahami Makna Ibadah
Ibadah secara umum adalah diperintahkan, sebagaimana kita telah pahami, perhatikan perintah Alloh dalam QS. al-Baqoroh [2]: 21 di atas, sehingga secara umum ibadah mencakup semua apa saja yang diperintahkan oleh Alloh subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya dan yang diperintahkan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya, ini yang pertama yang harus kita pahami.
Yang kedua, dalam sebuah ayat al-Qur’an Alloh subhanahu wata’ala memerintahkan kita beramal sholih dan melarang kita dari mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya. Alloh subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):

Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya ilah (yang berhak diibadahi) kamu itu adalah Ilah yang Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Robbnya.” (QS. al-Kahfi [18]: 110)

Sedangkan amal sholih adalah ihsan (seluruh perbuatan hasanah/baik) yang diperintahkan untuk kita amalkan dan Alloh subhanahu wata’ala memuji pelakunya. Ihsan itu sendiri mencakup apa saja yang Alloh azza wajalla dan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam cintai, baik berupa hal-hal yang diperintahkan dengan perintah wajib maupun yang mustahab (disukai dan dianjurkan). Alloh azza wajalla berfirman (yang artinya):

Sesungguhnya Alloh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Alloh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an-Nahl [16]: 90)

Alloh subhanahu wata’ala mencintai dan meridhoi amalan hasanah sehingga Dia azza wajalla memerintah kita menunaikannya, demikian juga Rosululloh mencintai dan meridhoi amalan hasanah sehingga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun memerintah umatnya untuk menunaikannya.
Yang ketiga, kita ketahui bahwa perbuatan hasanah yang Alloh subhanahu wata’ala cintai dan yang Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam cintai berdasarkan dalil-dalil yang ada meliputi ucapan lisan, amalan jawarih (perbuatan-perbuatan anggota badan) maupun aqidah (keyakinan-keyakinan dalam hati). Perhatikanlah dalil-dalil berikut; Alloh azza wajalla berfirman (yang artinya):

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Alloh”, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. al-Ahqof [46]: 13)
Dalam sebuah hadits Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

“Ada dua kata yang ringan diucapkan oleh lisan namun berat di timbangan (amal) dan dicintai oleh ar-Rohman (Alloh), ialah ucapan ‘Subhanallohil ‘Azhim’ dan ucapan ‘Subhanallohi wabihamdih’.” (Muttafaqun ‘alaih)

Ayat dan hadits di atas menunjukkan hasanah berupa ucapan lisan.
Dalam sebuah ayat lainnya Alloh azza wajalla berfirman (yang artinya):

Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang ruku’. (QS. al-Baqoroh[2]: 43)

Ayat di atas menunjukkan hasanah berupa perbuatan jawarih.
Dan dalam ayat lain Alloh azza wajalla berfirman (yang artinya):

… akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Alloh, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi …. (QS. al-Baqoroh [2]: 177)

Ayat di atas menunjukkan hasanah berupa amalan hati yaitu keyakinan dalam hati. Dari uraian dalil-dalil yang tersebut di atas diketahui bahwa hasanah meliputi amalan yang lahir (amalan jawarih maupun amalan lisan) maupun yang batin (keyakinan dalam hati).
Dari tiga hal yang telah kita pahami di atas kita bisa menarik sebuah kesimpulan tentang makna ibadah, bahwa ibadah adalah sebuah istilah untuk menyebut segala apa yang Alloh subhanahu wata’ala cintai dan ridhoi, berupa ucapan-ucapan maupun perbuatan-perbuatan (perbuatan jawarih maupun perbuatan hati) baik yang tampak maupun yang tersembunyi, yang lahir maupun yang batin.
Menurut makna tersebut, semua amalan hati dan amalan jawarih maupun ucapan-ucapan lisan, selama ia dicintai dan diridhoi Alloh subhanahu wata’ala, termasuk dalam sebutan ibadah. Dengan ungkapan lain bahwa ibadah ialah seluruh ketaatan, berupa menunaikan perintah dan meninggalkan larangan baik berupa ucapan maupun perbuatan, lahir maupun batin.
Jadi, ibadah tidak terbatas pada beberapa ritual tertentu yang erat hubungannya dengan masjid semata, seperti hanya sholat dan membaca al-Qur’an, melainkan semua gerak-gerik dan suara yang keluar dari lisan, bahkan apa yang ada dalam hati pun bisa termasuk ibadah. Akhirnya, kita memohon kepada Alloh azza wajalla Dzat muqollibal qulub (yang membolak-balikkan hati) hamba-Nya, semoga Alloh menganugerahkan istiqomah ke dalam hati kita sehingga akan istiqomah pula jawarih termasuk lisan kita, Aamiin. Wallohu A’lam bish-showab.
♥Sholat adalah Tiang Agama♥

♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat saudaraku fillah..sholat adalah tiang agama ( Islam ) maka barang siapa yang mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang merobohkannya maka ia telah merobohkan agama itu. Islam ibarat sebuah bangunan dengan syahadat sebagai pondasinya , amar makruf nahi mungkar sebagai pelindungnya dan sholat sebagai pilar penyangganya. Jika kita rajin sholat 5 waktu berarti mengokohkan pilar Islam, namun jika kita mengabaikan maka berarti menghancurkan agama. Shalat adalah ibadah yang paling utama dan wajib dilaksanakan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Rabb selain Aku maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” ( QS. Thaha : 14).

“ ...Sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang –orang yang beriman. “ ( An-Nisa : 103).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Mu’adz:

“ Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tiada Rabb selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke baitullah.” ( Mutafaq ‘alaih ).

Ibadah shalat menduduki posisi lebih istimewa dibanding semua ibadah baik yang sunnat maupun yang wajib karena beberapa hal:

1.Perintah shalat langsung diperintahkan oleh Allah kepada Rasulullah sewaktu peristiwa Isra’ Mi’raj , sedangkan ibadah yang lain diperintahkan melalui wahyu dalam Al-Qur’an lewat perantara Malaikat Jibril.

2. Sholat adalah ibadah yang dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota badan. Ada gerakan anggota tubuh, ucapan lisan dan menghadirkan hati secara khusyu’ dengan menghayati apa yang dibaca.

3. Ibadah sholat adalah pembatas antara keimanan dan kekufuran. Orang yang tidak pernah sholat walaupun mengaku beriman kepada Allah maka status keimanannya diragukan.

4. Dalam sholat ketika posisi sujud dikatakan sebagai keadaan seorang hamba sangat dekat kepada Allah.

“ Sesungguhnya sedekat-dekat hamba kepada Allah adalah ketika ia tengah bersujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.” ( HR. Muslim )

Demikianlah kedudukan sholat sebagai wujud ketundukan seorang hamba kepada Allah . Ia adalah simbol ketaatan bahkan simbol kedekatan dengan Allah.Maka saudaraku ..mari kita tegakkan sholat dengan niat untuk melaksanakan perintah-Nya dan sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita.